Jumat, 15 Mei 2009

FILOSOFI IBADAH PUASA

Pendahuluan
اللهم سلمنى إلى رمضان وسلم لى رمضان وتسلمه منى متقبلا
“Ya Allah, serahkanlah aku pada bulan Ramadhan, dan serahkanlah Ramadhan kepadaku, dan Engkau menerimanya daripadaku dengan rela“
Ramadhan bulan yang sangat di muliakan oleh Alah, karena pada bulan ini di wajibkan puasa bagii umat islam. Istilah Ramadhan di ambil dari kata Ramadha atau Ramdha yang berarti, sangat panas atau panas terik. Dinamai Ramadhan karena pada bulan ini,semua dosa terbalas habis oleh amal-amal saleh atau puasa. Istilah puasa sudah familiar di kalangan umat islam, mengandung makna bersungguh-sungguh menjaga diri dari segala yang membatalkannya dari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari karena perintah Allah, dengan di sertai niat dan syarat-syarat tertentu.

Ketakwaan akan mudah di raih manakala kita menjalankan ibadah puasa dengan ikhlas semata-mata karena Allah. Rasulullah biasanya memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda: “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang dii berkahi. Allah mewajibkan puasa di dalamnya, pada bulan ini pintu-pintu surga di buka, pintu-pintu neraka di tutup, dan para setan di ikat, juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa“. [HR. Ahmad-Nasa’i]
Momentum Ramadhan jangan sampai di sia-siakan, pergunakanlah untuk melatih kecerdasan mental spiritual dengan memperbanyak membaca al-Qur’an dan dan menghayati maknanya, berdzikir serta beramal saleh. “Barangsiapa yang mendapati Ramadhan dalam keadaan sehat dan sebagai seorang muslim lalu puasa pada siang harinya dan melakukan shalat pada sebagian malamnya, serta menundukan pandangan, menjaga kemaluan, lisan dan tangannya, dan menjaga shalatnya secara berjamaah dan segera berangkat untuk shalat jum’at, sungguh ia telah puasa sebulan penuh, menerima pahala yang sempurna, mendapatkan pahala Lailatul Qadar serta beruntung dengan hadiah dari Tuhan Yang Maha Tinggi. Abu Jafar berkata: “ Hadiah yang tidak serupa dengan hadiah-hadiah para penguasa. “ [HR. Ibnu Abi Dunya]

Puasa pada bulan Ramadhan merupakan suatu sarana untuk mengontrol kebiasaan buruk. Orang yang puasa aktivitasnya terfokus dan terorientasi kepada ketakwaan, sehingga segala daya dan tenaganya terarah kepada tujuan yang jelas. Orang yang berpuasa menyeimbangkan antara lahir dan batinnya, sehingga dirinya merasakan keharmonisan dalam hidup. Pribadi yang harmonis hasil dari puasa yang dilakukannya dengan nilai-nilai spiritual yang melekat pada dirinya. Pribadi yang harmonis adalah pribadi yang senantiasa mengevaluasi nilai amal. Introsfeksi diri selalu di lakukannya setiap saat dikala lapang maupun dikala sempit, dikala suka maupun dikala duka. Ramadhan di dalamnya terdapat Lailatul Qadar, setiap orang pasti mengharapkan malam yang penuh berekah ini. “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang di berekahi“. [QS.ad-Dukhan: 3]
Allah sangat mengagungkan malam Lailatul Qadar. “Dan tahukah kamu apa Lailatul Qadar itu? [QS.al-Qadar: 2]. Keutamaan Lailatul Qadar itu besar sehingga orang-orang beriman berlomba-lomba untuk mendapatkannya. “Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan“. [QS.al-Qadar: 3]. Maksudnya beribadah pada malam itu dengan ketaatan, shalat, membaca al-Quran, dzikir dan do’a, sama dengan ibadah selam seribu bulan, seribu bulan sama dengan 83 tahun 4 bulan. Subhanallah…..

Allah menurunkan al-Qur’an pada bulan Ramadhan tentu ada hikmahnya. Manusia yang beriman pada bulan itu menyibukan diri dengan beraneka ragam amal kebaikan. “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya di turunkan al-Qur’an“. [QS. Al-Baqarah: 185]. Menurut Ibnu Abbas: Allah menurunkan al-Qur’anul Karim keseluruhannya sekaligus dari Lauh Mahfudh ke Baitul Izzah {langit pertama} pada malam Lailatul Qadar. Kemudian di turunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah sesuai dengan konteks berbagai peristiwa selama 32 tahun. “Sungguh, Ramadhan adalah bulan yang di wajibkan Allah puasanya, dan kusunahkan shalat malamnya, maka barangsiapa menjalankan puasa dan shalat malam pada bulan itu karena iman dan mengharap pahala, niscaya bebas dari dosa-dosa seperti saat seperti dilahirkan ibunya”. [HR.Nasa’i].Raihlah kemenangan pada bulan Ramadhan, jadikan puasanya sebagai madrasah rohaniyah. Perbanyaklah istighfar pada bulan mulia ini. “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesempitannya jalan keluar, dan akan di berinya rezeki dari arah yang tidak di sangka-sangka“.[HR.Abu Daud]

Imam Al-Auza’i di tanya: “Bagaimana caranya beristighfar? Beliau menjawab: “Hendaklah mengatakan: “Astaghfirullah…Astaghfirullah…” Aku memohon ampun kepada Allah. Secara filosofis puasa bisa menjadikan diri kita berdamai dengan hati nurani, serta bisa menjadi berekah bagi orang lain. Puasa merupakan manajemen diri untuk mencapai kecerdasan hati yang senantisa siap menerima hidayah dari Allah.

Puasa Dimensi Teologis
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” [QS.al-Baqarah: 183]
Puasa diwajibkan hanya pada bulan Ramadhan, karena pada bulan Ramadhan segala dosa terbalas habis oleh amalan orang yang berpuasa yang berlipat ganda. Yang melaksanakan ibadah puasa hanyalah orang yang beriman, karena orang yang beriman akan tenang serta jujur dalam melaksanakannya. Istilah iman memliki akar kata yang sama dengan al-amn { rasa aman } dan al-amanah {dapat di percaya }. Jadi orang yang beriman di beri amanah untuk menjalankan ibadah puasa agar supaya dirinya merasa tenang dan hatinya tenteram. Beriman dalam menjalankan puasa mengandung arti sikap mempercayai Allah atau menaruh percaya kepada-Nya dengan sikap batin yang kuat tanpa di sertai keraguan sedikit pun sehingga darinya timbul rasa aman ,tenteram dan berserah diri kepada-Nya {tawakkal }.

Puasa di ibaratkan sebagai kebersihan atau pemeliharaan, karena tujuan puasa adalah ketakwaan. Makna takwa membersihkan jiwa dari segala penyakit hati seperti syirik, menyekutukan Allah, kibr sombong dan takabur, bakhil pelit tidak ada rasa kepedulian sosial, hasad iri dengki terhadap sesama. Dalam hadits Qudsi Allah berfirman: “Setiap amal yang di lakukan oleh anak Adam adalah untuknya,dan satu kebaikan di balas sepuluh kali lipat bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman: “Kecuali puasa, itu untu-Ku, Aku yang langung membalasnya, ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya, karena-Ku“. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu ketika berbuka puasa, dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum daripada aroma kasturi“. [HR. Bukhari-Muslim]
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seorang yang berpuasa ketika ia berbuka mempunyai do’a yang tidak akan di tolak”. [HR. Ibnu Majah], dalam hadits yang lain di sebutkan: “Ada tiga do’a yang di kabulakan, do’a orang yang puasa, do’a orang yang di dzalimi, dan do’a orang yang berpergian.“ [HR. Baihaqi dan yang lainnya]

Puasa adalah madrasah rohaniyah untuk melatih dan membiasakan jiwa belaku sabar. Jabir bin Abdillah berkata: “Hendaknya puasa pendengaranmu, penglihatanmu, dan lisanmu, dari dusta dan dosa-dosa. Tinggalkan menyakiti tetangga dan hendaknya kamu senantiasa bersikap tenang pada hari kamu berpuasa, dan jangan jadikan hari berbukamu sama dengan hari puasa”
Puasa perlu mempersiapkan fisik agar senantiasa stabil ketika melaksanakan ibadah puasa. “Makan sahurlah kalian, sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat barakah”[ HR. Bukhari-Muslim ]. Barakah dalam arti selalu bertambah kebaikan dan mendapatkan penjagaan diri dari perbuatan tercela selama melakanakan puasa.

Dalam hadits Ibnu Khuzaimah di sebutkan: “Bantulah kekuatan fisikmu untuk berpuasa di siang hari dengan makan sahur, dan untuk shalat malam dengan tidur siang”.Dan dalam hadits yang lain di sebutkan: “Manusia senantiasa ada dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur“[HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi ]
Zaid bin Tsabit berkata: “ Kami bersahur bersama Rasulullah kemudian bangun untuk shalat subuh. Ketika di Tanya: “ Berapa lama di antara sahur hingga shalat subuh? Jawabnya: “ Sekedar sekira orang membaca 50 ayat. “ [ HR. Bukhari-Muslim ] ya’ni kira-kira 10 menit sebelum shalat subuh. Puasa yang di lakukan dengan benar bisa mempersempit jalan aliran darah yang merupakan jalan setan dalam diri anak Adam. Karena setan masuk kepada anak Adam melalui jalan aliran darah, dengan berpuasa maka dia aman dari ganguan setan. Kekuatan nafsu syahwat dan marah menjadi lumpuh. Seorang sahabat yang bernama Umamah berkata kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, tunjukanlah perbuatan yang dapat memasukan aku kedalam surga?. Maka beliau bersabda: “Hendaklah kamu berpuasa tidak ada yang sebanding dengannya”. [HR.Nasa’i, Ibnu Hiban, Hakim]
“Puasa dan al-Qur’an akan menjadi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat, puasa akan berkata: “Ya Rabb, dia telah meninggalkan makan dan syahwat, jadikanlah aku syafaat baginya. Sedangkan al-Qur’an akan berkata: “Ya Rabb, dia telah meninggalkan tidur pada waktu malam, jadikanlah aku syafaat baginya. Beliau bersabda: “Lalu keduanya dapat memberi syafaat”. [HR. Ahmad-Hakim]

Puasa Dimensi Psikologis
Mempersiapkan psikis dengan banyak bedzikir. Dalam hati ada kebutuhan dan kekurangan yang tidak dapat terpenuhi kecuali dengan dzikr, dan ada sifat keras yang tidak dapat di luluhkan dan di lembutkan kecuali dengan berdzikir kepada Allah.
Sebaik-baiknya orang yang berpuasa adalah mereka yang berdzikir kepada Allah saat berpuasa. Syeikul Islam berkata: “Dzikir bagi hati seperti air bagi ikan, bagaimana keadaan ikan jika di pisahkan dari air?”. Puasa bisa menenangkan batin dan menjernihkan fikiran. “Ingatlah dengan dzikir kepada Allah hati akan tenag”. [ QS.Ar-rad:28 ]

Hati yang bening akan tanpak dalam sikap dan kemauan, jelas tujuan hidupnya selalu bersikap hati-hati dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Kalau hati tidak di kendalikan akan berdampak terhadap pribadi yang labil mudah menyerah, pesimis dalam menghadapi hidup ini. Melalui puasa hati yang keras akan menjadi luluh, yang kotor akan menjadi bening. Rasulullah memberikan perumpamaan terhadap hati. “Sesungguhnya hati {qalb} dinamakan hati karena sifatnya yang suka berbolak balik {taqallub}, sesungguhnya perumpamaan hati bagaikan sehelai dedaunan di pohon yang di bolak balikan oleh angin”. [HR. Ahmad]

Ibrahim Al-Khawwash Rahimahullah berkata: “Obat hati itu ada lima macam: Membaca al-Qur’an dengan penuh penghayatan, mengosongkan perut (berpuasa), melakukan shalat malam (tahajud), merendahkan diri kepada Allah menjelang fajar dan bergaul dengan orang-orang saleh”.

Puasa itu merupakan pengontrol nafsu syahwat. Kalau kita padai mengontrol nafsu syahwat, maka akan di rasakan manfaat puasa secara kejiwaan, yaitu membiasakan kesabaran, menguatkan kemauan, mengajari dan membantu bagaimana menguasai diri, serta mewujudkan dan membentuk ketakwaan yang kokoh dalam diri.
Amal kebaikan yang dilakukan pada bulan Ramadhan merupakan obat untuk menjadikan hati kita cerdas, sehingga siap menerima cahaya Allah. Dalam kehidupan yang mendalam kita dapat mengunakan kesadaran diri kita yang mendalam untuk mengkaji kebutuhan-kebutuhan suara hati nurani, kita dapat mengkaji paradigma-paradigma kita, serta menelaah motif-motif kita, salah satu manfaat yang paling kuat dari kesadaran diri ini untuk menjadi sadar akan hati nurani kita, dan bagaimana hati nurani itu beroperasi dalam diri kita secara optimal.Ketidakstabilan emosional merupakan pengaruh dari kejahatan yang di lakukan oleh diri kita, sedangkan kecerdasan hati nurani merupakan pengaruh dari kebaikan yang kita lakukan secara kontinuitas. Wabishah bin Ma’bad Berkata: “Saya mendatangi Rasulullah, kemudian beliau bertanya: Kamu datang untuk bertanya tentang kebaikan? Saya menjawab: “Ya”. Rasulullah berkata: “Minta fatwalah kepada hati nuranimu”. Karena kebaikan akan menenangkan jiwa, dan menenteramkan hati” [HR.Ahmad-Darimi]

William Ellery Channing mngatakan: “Setiap manusia memiliki pekerjaan yang harus di lakukan, kewajiban yang harus di penuhi, pengaruh yang mesti di berikan, yang khas bagi masing-masing dan hanya dapat di ajarkan oleh hati nurani sendiri”. Pendidikan hati nurani merupakan pelengkap yang amat penting bagi pendidikan akal budi. Mendidik hati merupakan proses mengembangkan kebijaksanaan batin. Sebagaimana yang di katakana oleh fakar pendidikan Amerika John Slon Dickey: “Tujuan akhir pendidikan untuk melihat orang-orang menjadi utuh, baik dalam kompetensi maupun dalam hati nurani mereka, karena menciptakan kekuatan kompetensi tanpa menciptakan arah yang benar untuk mengarahkan pemanfaatan kekuatan itu merupakan pendidikan yang buruk, lagi pula kompetensi pada akhirnya akan berpisah dari hati nurani”. Puasa memberi solusi mendidik hati nurani menjadi cerdas, tapi tentunya puasa yang di lakukannya itu harus benar-benar optimal dalam menjaga amalan hati. Karena tidak sedikit orang yng melakukan puasa tapi tidak menjaga hatinya, sehingga puasa yang di lakukannya itu tidak ada bekas dalam dirinya. “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum”.[HR.Bukhari,Ahmad dan yang lainnya]Sedangkan dalam hadits yang lain di sebutkan: “Betapa banyak orang yang berpuasa bagian dari puasanya hanya lapar dan dahaga”. [HR. Ahman hadits hasan shahih]

Puasa Dimensi Sosiologis
Puasa mengajarkan kita untuk sabar, ramah dan empati terhadap sesama. Puasa tidak membedakan antara si kaya dengan si miskin dalam melaksanakannya. Dengan berpuasa seseorang akan meningkat kepedulian sosialnya. “Siapa yang memberikan makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala puasa seperti orang itu, tanpa mengurani pahala orang yang puasa tersebut”. [HR. Ahmad-Tirmidzi dan di shahihkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hiban]

Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah, Zoon Foliticon. Makhluk yang bermasyarakat, bersosialisasi, berinteraksi sosial. Dalam bersosialisasi manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas-aktifitas sosial. Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis, yang menghubungkan antara orang perorang, antara kolompok-kolompok manusia maupun perorangan dengan kolompok manusia. Dalam berinteraksi dengan manusia puasa memberikan bimbingan agar selalu mengutamakan integritas moral dalam perkataan dan perbuatan. “Siapa yang tidak meninggalkan perkatan dusta dan perbuatan buruk maka tidak ada bagi Allah Ta’ala nilainya dia meninggalkan makan dan minumnya”. [HR. Bukhari]. Dalam hadits lain di jelaskan: “Puasa bukan hanya menahan makan dan minum saja, akan tetapi puasa juga menahan dari perbuatan sia-sia dan perkataan kotor, maka jika ada yang mencercamu dan berbuat jahat kepadamu katakanlah: “Sesungguhnya saya sedang puasa, sesungguhnya saya sedang puasa”.[HR.Ibnu Khuzaimah-Hakim]. Orang yang berpuasa akan selalu menghindari perbuatan yang munkar karena ia sadar kalau melakukan perbuatan keji dan munkar maka puasanya akan sia-sia. “Kamu adalah umat yang terbaik yang di lahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang baik {amar ma’ruf}, dan mencegah dari perbuatan jahat, {nahi munkar}, dan beriman kepada Allah”. [QS.Ali-Imran:110] Dalam bahasa modern amar ma’ruf dapat di pahami sebagai humanisasi, yaitu program pemberdayaan dan peningkatan kwalitas Sumber Daya Manusia. Nahi munkar di pahami sebagai liberasi, yaitu ikhtiar membebaskan umat dari kedzaliman dan berbagai pelanggaran moral. Sementara iman, bermakna transendensi, yaitu seruan agar manusia tidak melupakan komitmen dan perjanjian primordialnya dengan Allah. Puasa Ramadhan sebagai tarbiyah imaniyah, yang dapat menghidupkan hati dengan perasaan khauf {takut}, raja’ {berharap}, dan mahabbah {cinta} yang dapat menyingkirkan hati akibat jauh dari nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah.

Puasa secara sosial adalah membiasakan umat berlaku di s¬iplin, bersatu, cinta keadilan, dan persamaan, serta melahirkan perasaan kasih yang dalam jiwa orang-orang yang beriman dan mendorong mereka berbuat kebaikan. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat di lihat dari dalam, dan bagian dalamnya dapat di lihat dari luar, sahabat bertanya: “Untuk siapakah ruangan itu ya Rasulullah? Jawab beliau: “Untuk siapa saja yang berkata baik, memberi makan, selalu berpuasa, dan shalat malam ketika orang-orang dalam keadaan tidur”.[HR. Ahmad,Ibnu Hiban dan Baihaqi]

Puasa Dimensi Medis
Sebagian orang salaf berkata: “Allah mengklasifikasikan seluruh ilmu kedokteran hanya dalam setengah ayat”. Kemudian membacakan ayat: “Makan dan minmlah dan janganlah berbuat israf {berlebih-lebihan}, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat israf”. [al-A’raf: 31]Rasulullah bersabda: “Tiada tepat yang lebih buruk yang di penuhi anak Adam dari perutnya, cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat menopang tulang punggungnya {penyambung hidupnya}, jika hal itu tidak bisa di hindari maka masing-masing sepertiga bagian untuk makannya, minumnya, dan nafasnya”.[HR. Ahmad, Nas’I, Ibnu Majah, Tirmidzi beliau berkata hadits ini hasan].Hadits ini dasar utama bagi ilmu kedokteran. Malik bin Dinar berkata: “Tidak pantas bagi seorang mukmin menjadikan perutnya sebagian tujuan utama, dan nafsu syahwatnya mengendalikan dirinya”. Supyan Ats-Tsauri berkata: “Jika Anda menghendaki badan yang sehat dan tidur sedikit, maka makanlah sedikit saja”.
Imam Al-Qasthalani Rahimahullah mengatakan: “Puasa itu mempunyai nilai-nilaii yang tinggi. Diantara, dapat menjadikan hati kita lembut dan air mata gampang mengalir. Itulah yang dapat mendatangkan kebaikan, sesungguhnya kekenyangan itu akan menghilangkan cahaya kebajikan, dan menjadikan kerasnya hati serta mendorong untuk berbuat yang haram”.

Amru bin Qais mengatakan: “Jauhilah kekenyangan, sebab hal itu menyebabkan kerasnya hati”. Harits bin Kaldah seorang dokter terkenal dari Arab mengatakan: “Menjaga makan adalah obat dari penyakit, sedangkan perut adalah sumber penyakit”. Dzun Nun Al-Misry mengatakan: “Buatlah lapar di siang hari dan dirikan ibadah di ujung malam, niscaya Anda akan melihat keajaiban dari yang Maha Merajai dan Maha Perkasa”. Yahya bin Muadz berkata: “Barangsiapa kekenyangan, maka dia akan malas untuk bangun malam”.Dampak berlebih-lebihan dalam makan dan minum adalah banyak tidur dan malas melaksanakan shalat tarawih dan membaca al-Qur’an. “Makan, minum,berpakaian, dan bersedekahlah tanpa di sertai berlebih-lebihan dan kesombongan”. [HR.Abu Daud-Ahmad]. Puasa yang di lakukan umat islam pada bulan Ramadhan, oleh sebagian ahli dan dokter Barat kini di anggap sebagai “metode biologis efektif”. Untuk mempersehat diri. Otto Buchinger, Sr, MD, ahli terapi puasa dari Jerman mengatakan puasa bagai mengoperasi tanpa pisau bedah, alasannya puasa merupakan cara penyembuhan diri tanpa obat-obatan, termasuk di situ upaya menyiram keluar ampas yang kotor, menyelaraskan mengarahkan kembali sistem kerja tubuh dan relaksasi. Menurut riset, pada saat puasa kesehatan fisik seseorang memang meningkat. Berpuasa akan membuat system metabolisme tubuh seimbang, membuat tubuh merasa ringan, energi meningkat, dan fikiran makin jernih. Detoksifikasi lewat puasa akan banyak memberi keuntungan bagi kita, daya tahan, kekebalan tubuh dan vitalitas biasanya meningkat.

Dr. Ralhp Cinque, pemilik sebuah klinik terapi alami di Amerika yang berpengalaman melakukan terapi puasa sejak tahun 1976 mengungkapkan, puasa memberikan beberapa ke untungan dari segi kesehatan: “Puasa meningkatkan detoksifikasi tubuh, saat tubuh menguraikan simpana lemak dalam tubuh, saat itu pula timbunan racun dalam tubuh di kurangi, puasa menormalkan tekanan darah tinggi tanpa bantuan obat-obatan, setelah puasa tekanan darah tinggi seseorang akan normal bila tetap mengikuti gaya hidup sehat, puasa mempermudah seseorang dalam menghentikan kebiasaan buruk atau ketergantungan pada obat, puasa membersihkan kulit dan memutihkan mati biasanya kulit dan mata terlihat lebih cerah saat seorang sedang berpuasa”.Manfaat puasa dari segi kesehatan, ia bisa memberesihkan usus-usus, memperbaiki kinerja pencernaan, membersihkan tubuh dari segala endapan makanan,mengurangi kegemukan dan kelebihan lemak di perut. Wallahu a’lam bisshawab



0 komentar:

Posting Komentar