Jumat, 25 September 2009

MANUSIA ADALAH MANUSIA

"Jika kamu mengikuti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (Qs.Al-An'am:116)

Apa yang kita lakukan di dunia ini hanyalah untuk mencari sesuatu yang bisa membuat Allah Ridha terhadap kita. Berbagai cara kita lakukan untuk mendapatkan rahmat-Nya. Kadang-kadang dalam berusaha dan berjuang itu, kita berhadapan dengan berbagai karakteristik manusia,ada yang simpati,ada yang biasa-biasa,bahkan yang membenci juga ada. Tapi kita harus sadar dan mengerti tentang kehidupan yang sangat kompleks ini. Selagi sikap kita tidak merugikan orang lain kita bebas melakukan apa saja atas dasar ilmu dan keilmuan yang harus di pertanggung-jawabkan nanti di hadapan Allah.

Kita perlu ingat bahwa manusia tersifati dengan sifat salah dan lupa. (Al-insan mahalulkhata wa nisyan). Ini perlu kita tahu dan di mengerti supaya kita pandai dan bijak dalam mensikapi problematika hidup. Ketika kita melakukan kesalahan segeralah beristigfar (meminta ampun kepada Allah). Kita adalah mausia yang tidak luput dari dosa. Dalam hadits di sinyalir, "setiap manusia pernah melakukan kesalahan,tetapi sebaik-baiknya yang berbuat kesalahan itu, mereka yang bertoubat(berenti dari melakukan kesalahan, kembali kepada Allah)".

Optimis dan visioner dalam memandang hidup cermin pribadi yang bijak yang serlalu menggunakan daya nalar ilmiyah (edukatif people). Pesimis dan naif (bersifat kekanak-kanakan) cermin pribadi yang tidak pandai mensyukuri potensi diri yang Allah telah berikan. Manusia yang pandai, optimis, bersikap kasih sayang, selalu mementingkan kepentingan umum, akan merasakan kebahagian dalam dirinya, dan hatinya akan selalu tenang. Jagalah sikap dan wibawa sebagai manusia, perhatikan amal perbuatan kita, karena setiap apa yang kita lakukan akan berimbas terhadap diri kita.

Ketika penulis bertemu dengan sang guru. Prof.DR.Siddi Al-Manaa seorang ulama asal Darfur,lulusan Ummul Qura dia adalah rektor Institute of RAK (Ras-alkhaimah) yang kebetulan dia baru pulang dari Abu Dhabi. Penulis datang kerumahnya di Kalakla,setiba di rumahnya penulis di peluk seperti ke anaknya sendiri. Dengan gaya seorang ulama besar kaliber Internasional dia memberikan nasihat sambil menatap tajam kepadaku. Penulis dengan rasa hormat dan kagum sama beliau,betapa tidak beliaulah yang telah memberikan beasiswa di Abu Dhabi dan di Sudan kepada penulis.Beberapa nasehat yang penulis catat sebagai berikut."Belajarlah yang giat,buktikan bahwa kita bisa melakukan apa saja yang kita inginkan. Do'akan selalu orang tuamu,Hati-hatilah terhadap manusia,jangan asal bergaul kadang-kadang manusia itu bisa menyesatkan kita, pilihlah temen yang bisa bikin kita maju,optimis,selalu bersyukur terhadap ni'mat Allah".

Nah, ketika penulis merenungkan apa yang beliau katakan, ada kata-kata beliau yang selalu terngiang, "hati-hatilah terhadap manusia, jangan asal bergaul kadang-kadang manusia itu bisa menyesatkan kita". ini salah satu inspirasi judul tulisan "Manusia Adalah Manusia".
Untuk bahan renungan kita bersama, supaya kita tahu dan mengerti tentang bagaimana manusia itu. Dikisahkan bahwa seorang ayah bersama putranya pergi kepasar untuk menjual keledai. Keledai itu dituntun sama anaknya didepan, sementara ayahnya berjalan di belakang. Sekolompok remaja yang berpapasan dengan mereka menertawai dan berkata: "Mengapa kalian berjalan kaki, padahal keledai yang kalian tuntun itu bisa dinaiki?". Sang ayah lalu naik keatas punggung keledai itu, sementara anaknya tetapa menuntun keledai itu didepan.

Ketika mereka melewati sebuah perkampungan ada sekolompok wanita yang ada dipinggir jalan. Mereka memaki sang ayah sebagai pria yang hanya mau seenaknya sendiri. Dia membiarkan anaknya berjalan kaki menuntun keledai sementara dia enak-enakan duduk diatas punggung keledai itu. Mendengar makian itu, sang ayah pun menyuruh anaknya untuk naik bersamanya.
Ketika sampai disebuah desa, mereka di cerca oleh penduduk desa sebagai orang-orang yang tidak punya kasihan terhadap binatang. mereka menuggangi keledai kurus seolah-olah mereka menyiksa keledai itu dengan menaikinya berdua. Karena merasa bersalah, dan membenarkan apa yang di katakan oleh penduduk desa itu, mereka pun turun dan mengikat kaki keledai itu dan memikulnya berdua. Mereka kemudian meneruskan perjalanannya.

Sampailah mereka di sebuah jembatan yang di bawahnya ada sungai yang mengalir deras, sekolompok anak kecil yang sedang bermain dipinggir jembatan, melihat suatu pemandangan yang ganjil itu, anak-anak kecil itu meneriaki kedua orang itu sambil bersorak- sorai. Teriakan itu membuat keledai terkejut, ketakuatan dan memberontak hingga tali yang mengikat kakinya itu putus. Keledai itu pun jatuh kedalam sungai dan hilang terbawa arus. Akhirnya sang ayah berkata: " Karena mengikuti kata semua orang, kita tidak dapat melegakan siapa pun, bahkan diri kita sendiri pun tidak".
Itulah akibatnya kalau kita tidak punya prinsip dalam hidup. Tegas dan beranilah dalam sikap, berhati-hatilah dalam melangkah. Sekecil apapu masalah, jangan pernah mengganggap enteng atau sepele, karena dari yang kecil pelan-pelan, cepat atau lambat akan menjadi besar, bukan?


0 komentar:

Posting Komentar