Senin, 28 September 2009

WANITA YANG PROGRESIF

"Sesungguhnya Aku ciptakan kalian dari golongan laki-laki dan perempuan" (Qs.Al-Hujurat:13)
Ketika kita melihat penggekangan yang di lakukan oleh kaum laki-laki terhadap kaum wanita, sungguh menyedihkan, apa yang salah dengan wanita, penulis pernah membaca suatu kisah yang sangat tragis, ketika seorang wanita di pasung oleh suaminya dengan alasan memalukan keluarga,wanita yang di pasung itu tiap hari selalu mengulangi kata-kata, "laki-laki memang egois dan tidak mengerti akan perasaan wanita". Ini menjadikan renungan bagi kita,tidak setiap laki-laki egois,banyak laki-laki yang memahami dan mengerti akan perasaan wanita,dan tidak sedikit yang menjadi pejuang hak-hak wanita.

Sebetulnya dalam konteks ayat diatas mengisyaratkan persamaan antara lelaki dan wanita. Perbedaan laki-laki dan wanita hanyalah bersifat biologis.
kalau dulu wanita sering di jadikan objek,sehingga sekolah tidak boleh tinggi,dengan alasan ujung-ujungnya kedapur juga. sekarang wanita banyak yang mengerti dan memahami tentang peran dia sebagai hamba Tuhan yang di berikan kelebihan sama seperti laki-laki.

Wanita dan Kepemimpinan
"Laki-laki adalah pelindung bagi kaum wanita".(Qs.An-Nisaa:34)
ayat ini dalam konteks keluarga, lelaki bertanggung jawab atas fisik dan keselamatan wanita, dan lelaki layak menjadi pemimpin keluarga.
Adapun dalam masalah institusional/kelembagaan wanita boleh berperan aktif dalam segala bidang asal punya kapasitas dan kompetensi dalam hal mengatur dan mengarahkan sesuai dengan ilmu dan skill yang dimilikinya. Berkaitan dengan peran wanita yang biasa di jadikan dalil bagi orang yang menentang kepemimpinan wanita atau orang-orang yang tidak setuju terhadap wanita yang aktif di lembaga-lembaga pemerintahan. Dengan alasan hadits: "Tidak akan sukses sebuah kaum yang menyerahkan kepemimpinannya kepada wanita". nah, hadist ini perlu kita analisa dan di pahami dari segi historis supaya mendapatkan informasi yang memadai mengenai latar belakang kejadiaanya (asbabul wurud). Sebenarnya jauh sebelum hadits itu muncul, yakni pada masa dakwah Islam yang dilakukan oleh Nabi ke beberapa daerah dan negeri. Pada saat itu Nabi muhammad SAW pernah mengirim surat kepada pembesar negeri lain dengan maksud mengajak mereka untuk memeluk Islam. Di antara pembesar yang dikirim surat oleh Nabi adalah Raja Kisra di Persia. Kisah pengiriman surat tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:

Rasulullah mengutus surat tersebut kepada pembesar Bahrain. Setelah tugas dilakukan sesuai dengan pesan dan di terima oleh pembesar Bahrain, kemudian pembesar Bahrain tersebut memberikan surat kepada Raja Kisra. Setelah membaca surat dari Nabi SAW, Raja Kisra menolak bahkan merobek-robek surat dari Nabi tersebut. Menurut riwayat, setelah peristiwa tersebut sampai kepada Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah bersabda: "Siapa yang sudah merobek-robek surat dari saya, akan di robek-robek(diri dan kerajaan) orang itu". (Fath Bari, hal.127-128).
Tidak lama kemudian, kerajaan Persia dilanda kekacauan dan berbagai pembunuhan yang dilakukan oleh keluarga dekat Raja. Hingga setelah terjadi bunuh-membunuh dalam rangka suksesi kepemimpinan, diangkatlah seorang perempuan yang bernama "Buwaran binti Syairawaih bin Kisra (cucu Kisra yang pernah dikirin surat oleh Nabi) sebagai ratu (Kisra) di Persia. Hal itu, karena ayah Bahrawan meninggal dunia dan anak lak-lakinya (saudara Bahrawan) telah mati terbunuh. Karenanya, Buwaran kemudian dinobatkan menjadi ratu. Peristiwa itu tercatat dalam sejarah terjadi pada tahun 9 H.

Nah, selain itu kita lihat dari sisi sejarah sosialnya bangsa tersebut, bahwa menurut tradisi atau adat istiadat masyarakat yang berlangsung di Persia masa itu. Jabatan kepala negara (Raja) biasanya di pegang oleh kaum laki-laki. Sedangkan yang terjadi tahun 9H. tersebut menyalahi tradisi itu. Sebab yang di angkat sebagai Raja adalah perempuan. Masalahnya pada waktu itu, derajat kaum perempuan di mata masyarakata berada di bawah derajat kaum laki-laki. Perempuan sama sekali tidak dipercaya dan di tidak di perkenankan mengurus kepentingan masyarakat umum (publik), terlebih dalam maslah kenegaraan. Keadaan seperti itu tidak hanya terjadi di persia saja, tetapi juga di seluruh Jazirah Arab. Dalam kondisi kerajaan Persia dan keadaan sosial seperti itu, wajar Nabi Muhammad SAW yang memiliki kearifan tinggi, melontarkan hadits bahwa: "Bahwa bangsa yang menyerahkan masalah-masalah (kenegaraan dan kemasyarakatan) kepada perempuan tidak akan sukses atau sejahtera".
Bagaimana mungkin akan sukses jika orang yang memimpin itu adalah orang yang sama sekali tidak di hargai oleh masyarakat yang dipimpinnya. Salah satu syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah memiliki karishmatik atau kewibawaan, sedangkan pada saat itu perempuan sama sekali tidak memiliki kewibawaan untuk menjadi pemimpin. Andaikata seorang perempuan telah memiliki kwalifikasi dan sangat di hormati oleh masyarakat, sangat mungkin sekali Nabi yang sangat bijaksana akan menyatakan kebolehan kepemimpinan politik kepada perempuan.

0 komentar:

Posting Komentar